Monthly Archives: January 2013

Nasib Investor, Setelah Emiten Ditendang

Setelah saham PT Amstelco Indonesia (INCF), ada enam emiten yang terancam ditendang dari papan bursa. Mereka adalah PT Indo Setu Bara Resources (CPDW), PT Panasia Filament Inti (PAFI), PT Central Proteinaprima (CPRO), PT Siwani Makmur alias SIMA, Panca Wiratama Sakti (PWSI) dan Berlian Laju Tanker (BLTA).

Lantas bagaimana nasib saham yang dipegang puluhan bahkan mungkin ratusan ribu investor yang membeli dari bursa? Kalau saja, pemodal mendapat penggantian sesuai dengan harga saham terakhir, para pemilik saham Amstelco Indonesia (dulu Indocitra Finanace) bisa bersuka-cita. Sebab, ketika disuspen pertama kali (20 Januari 2011), saham berkode INCF ini harganya berada di level tertinggi yakni Rp3.150.

Tapi lain halnya dengan pemegang saham lainnya. Jika penggantian didasarkan harga terakhir, maka investor akan mengalami rugi besar. CPRO, misalnya, sebelum perdagangannya dihentikan dan menclok di level Rp53, sempat berada di level Rp200-an.
Read the rest of this entry

Rupiah Loyo, Saham Apa yang Diuntungkan?

Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) yang terjadi belakang ini, dirasa cukup mempengaruhi beberapa sektor saham di pasar modal Indonesia. Saham di sektor berbasis ekspor menjadi yang sangat diuntungkan akibat pelemahan nilai tukar rupiah ini.

Chief Economist Samuel Sekuritas, Lana Soelistianingsih mengungkapkan, keuntungan saham di sektor berbasis ekspor atas pelemahan rupiah dikarenakan nilai pendapatan dalam dollar dengan biaya dalam rupiah. “Terutama sektor komoditas, seperti CPO maupun pertambangan,” kata Lana ditemui di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI) Jakarta, Sabtu (19/1/2013).
Read the rest of this entry

StanChart Prediksi Inflasi 2013 Tembus Lima Persen, di Atas Proyeksi BI

Standard Chartered Bank (SCB) memprediksi inflasi Indonesia pada tahun ini mencapai lima persen, sedikit di atas proyeksi Bank Indonesia sebesar 4,9 persen.

“Saya kira Indonesia akan tetap stabil, saya tidak melihat ada hal-hal besar yang mempengaruhi inflasi,” ujar Managing Director Global Markets SCB, Prakash Subramanian KV, seperti diberitakan Antara, di Jakarta, Rabu (16/1).

Prakash mengatakan, yang akan menjadi tantangan adalah neraca transaksi berjalan, yang sebelumnya surplus kini menjadi defisit. “Saya kira tantangan itu akan berlanjut hingga akhir tahun 2013,” katanya.
Read the rest of this entry

Penjualan Mobil Grup Astra Naik 25,38%

Grup Astra mencatatkan penjualan mobil mencapai 605.191 unit pada Desember 2012 atau naik 25,38% dari periode sama sebelumnya 482.659 unit.

Demikian seperti dikutip dari siaran pers, Senin (14/1/2013). Perseroan meraih pangsa pasar penjualan mobil mencapai 54% dari total penjualan mobil mencapai 1.116.230 unit. Penjualan mobil grup Astra antara lain Daihatsu sebesar 162.742 unit, Isuzu 33.165 unit, UD Trucks 2.925 unit, Toyota 406.026 unit, dan Peugeot 333 unit. Read the rest of this entry

Rupiah Kritis

KRISIS di Eropa benar-benar tak boleh dianggap enteng. Bayangkan, krisis yang sudah berjalan hampir dua tahun, ternyata virusnya masih menjadi hantu yang menakutkan bagi investor. Kini, mereka harus menghitung dan menimbang-nimbang kembali, mata uang mana yang paling aman untuk dikepit. Salah satunya, ya dolar AS.

Itulah mengapa, hari-hari belakangan ini mata uang dolar AS begitu berotot, terutama terhadap rupiah. Para investor dan spekulan ramai-ramai melepas rupiah, lalu memburu dolar AS. Lihat saja selama lima hari berturut-turut pekan lalu, rupiah terus bercokol di atas angka Rp 9.700. Dan, puncaknya terjadi pada Jumat pekan lalu saat rupiah ditutup Rp 9.880 per dolar AS. Inilah pelemahan terendah dalam tiga tahun terakhir.

Rupiah memang semakin mendekati Rp 10.000 per dolar AS. Pemantauan InilahREVIEW di beberapa money changer menunjukkan hal itu. Lihat saja di tempat penukaran RMC, nilai beli dolar AS berada pada angka Rp 9.910 dan jual Rp 9.750. Sementara di money changer Tri Tunggal di Blok M Plaza, posisi beli Rp 9.850 dan jual Rp 9.865 per dolar AS. “Kalau dibiarkan terus, rupiah bisa tembus Rp 10.000 per dolar AS,” kata Yohanes Budi, pemilik Tri Tunggal kepada InilahREVIEW.

Tak hanya di money changer. Pelemahan rupiah juga terlihat pada nilai kurs rupiah terhadap dolar AS di sejumlah bank. Di Bank Central Asia, misalnya, kurs beli berada di posisi 9.680 dan jual di posisi 9.980. Tak jauh beda di Bank Mandiri. Nilai beli berada di posisi 9.810 dan jual di 9.900. Read the rest of this entry

Intraco Penta Tbk. (INTA) 08 Januari 2013

Memasuki awal tahun 2013 ini, saham-saham pertambangan sudah mulai recovery dari tidur lamanya yang dimulai dari kenaikan saham ITMG kemudian diikuti saham tambang lainnya.

Hal ini berimbas positif terhadap kenaikan saham UNTR yang fokus pada penjualan alat berat dan telah kembali pada posisi harga diatas Rp. 20.000. Selain itu terdapat saham INTA yang juga bergerak dalam bidang penjualan alat berat dan telah tertidur lama menunjukkan pembalikan arah ke arah positif.

Indikator MACD telah menunjukkan trend positif yang ditunjang oleh volume yang meningkat tajam, kemudian dalam beberapa hari terakhir ini telah menembus batas Bollinger Band atas sehingga garis Trendline mulai mendatar.

Untuk saham sektor pertambangan masih tetap harus berhati-hati dan menerapkan Money Management serta Stop Loss yang ketat, karena kondisi kebijakan ekonomi yang masih belum kondusif sepenuhnya.

S : 440 — R : 510

inta0801

 

 

Bank Milik Mochtar Riady Melantai di Bursa Pada Mei 2013

PT Bank National Nobu berencana melakukan pencatatan saham perdananya atau Initial Public Offering (IPO) pada bulan Mei 2013. Manajemen Bursa Efek Indoneisa (BEI) menyatakan, Bank Nobu tersebut akan melepas sekitar 40 persen dari total sahamnya.

“Perseroan sudah menyerahkan buku laporan keuangan per Oktober 2012 sehingga diperkirakan IPO bisa dilakukan pada pertengahan tahun ini,” kata Direktur Penilaian Perusahaan BEI Hoesen, saat ditemui di kantornya, Jakarta, Senin (7/1/2013).

Hoesen mengatakan, nantinya dana yang diperoleh dari hasil IPO akan digunakan untuk ekspansi kredit. Saat ini, kata dia, modal inti perseroan baru mencapai Rp 1 triliun. Namun, perseroan berharap untuk bisa menambah modal inti sebelum melantai di bursa. Dia juga mengatakan, perseroan telah menunjuk PT Ciptadana sebagai penjamin emisi. “Penjamin emisi bisa saja bertambah,” ujarnya.

Sekadar informasi, Bank Nobu merupakan satu dari 30 target IPO BEI tahun ini. Hoesen menyebutkan, bulan ini saja ada empat calon emiten yang akan melantai di bursa, yaitu PT Saraswati Griya Lestari, PT Sarana Mediatama Metro, PT Pelayaran Bina Buana Raya, dan PT Multi Agro Gemilang. Calon emiten pertama yang rencananya akan melantai adalah PT Pelayaran Bina Buana Raya dengan melepas 600 juta lembar saham.

Nobu National Bank (Bank National Nobu) atau Bank Nobu diambil Lippo melalui PT Kharisma Buana Nusantara (KBN) milik Mochtar Riady yang memiliki 60% saham Bank Nobu, dan 40% sisanya akan menjadi milik Yantony.

Sebagai informasi, Bank National Nobu dahulu bernama PT Bank Alfindo Sejahtera. Pada 12 November 2010 bank tersebut menjelma menjadi PT Bank National Nobu.

Pada tahun 2007, bank tersebut berada pada urutan terakhir yang memenuhi batas permodalan sebesar Rp 80 miliar sesuai ketentuan Bank Indonesia (BI).

Bank umum non devisa tersebut, per Juli 2010 memiliki portofolio kredit sebesar Rp 1,13 miliar. Sebagian besar dananya berupa modal ditempatkan pada surat berharga sekitar Rp 101,86 miliar.

Dana Pihak Ketiga (DPK) bank tersebut tercatat sebesar Rp 24 miliar dengan ekuitas Rp 85 miliar.
Read the rest of this entry

Ini Dia 42 Saham dan Waran Yang Stagnan Sepanjang Tahun

Sebanyak 42 saham dan waran bergerak stagnan di sepanjang tahun 2012. Analis sekuritas berpendapat manajemen emiten yang bersangkutan harus melakukan agenda aksi korporasi serta berkomitmen untuk memperbaiki tata kelola perusahaannya (good corporate governance) jika ingin likuiditas sahamnya positif di masa depan.

Berdasarkan data yang dihimpun Ipotnews, di sepanjang 2012 terdapat 39 saham dan tiga waran yang harganya sama di posisi akhir 2011 dan akhir 2012. Dari jumlah tersebut, terdapat 4 emiten yang sahamnya terkena sanksi suspend dengan jangka waktu cukup panjang yakni saham PT Bank Mutiara Tbk ( [BCIC 0 -50 (-100,0%)]), PT Central Proteinaprima Tbk ( [CPRO 0 -53 (-100,0%)]), PT Davomas Abadi Tbk ( [DAVO 0 -50 (-100,0%)]) dan PT Panca Wiratam Sakti Tbk ( [PWSI 0 -61 (-100,0%)]).

Direktur Pengawasan Transaksi dan Kepatuhan Bursa Efek Indonesia (BEI), Uriep Budhi Prasetyo, mengatakan secara umum saham-saham tersebut belum dilirik oleh investor karena belum memiliki prospek di masa depan dengan alasan harga sahamnya flat di sepanjang setahun terakhir. Salah satu alasan yang membuat saham-saham tersebut tergolong `saham tidur` adalah karena minimnya jumlah saham yang beredar di publik (floating share) serta rendahnya jumlah investor di saham tersebut.

“Alasan lainnya, bisa juga karena sahamnya sedang dihentikan sementara perdagangan efeknya (suspend),” tambah Uriep.

Kepala Riset PT MNC Securities, Edwin Sebayang, mengatakan ada empat hal yang menyebabkan 42 saham dan waran tersebut bergerak stagnan di sepanjang 2012. Alasan pertama adalah kinerja dari emiten yang bersangkutan yang kurang prospektif bagi investor dan kedua adalah outlook dari masing-masing emiten yang kurang menarik di mata investor.

Alasan ketiga adalah tidak adanya aksi korporasi yang signifikan dari masing-masing emiten. Sedangkan alasan keempat adalah tidak adanya penggerak pasar (market maker) yang bertransaksi di saham tersebut dan minimnya jumlah saham yang dilepas ke publik.
Read the rest of this entry